Anak muda muslim di Indonesia ternyata lebih mengutamakan identitas keislaman mereka ketimbang identitas mereka sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
Hal itu terungkap Selasa (14/6) dalam konferensi pers hasil survei Tata Nilai, Impian, Cita-cita Pemuda Muslim di Asia Tenggara yang diadakan Goethe-Institut, The Friedrich Naumann Foundation for Freedom, Lembaga Survei Indonesia dan Merdeka Center for Opinion Research Malaysia.
Di Indonesia, survei ini diselenggarakan pada 18-26 November 2010 dengan 1496 responden berusia 15-25 tahun, dan berasal dari 33 provinsi. Hasilnya, 47,5 persen kaum muda Indonesia memandang diri mereka pertama-tama sebagai orang muslim. Sedangkan yang menganggap mereka pertama-tama orang Indonesia sebanyak 40,8 persen.
Yang menarik, anak-anak muda yang mengutamakan identitas keislamannya ini sebagian besar tinggal di perkotaan. Mereka mapan secara ekonomi dan berpendidikan sampai tingkat universitas. Sementara pemuda desa dengan status ekonomi lebih rendah justru mendominasi kelompok responden yang lebih merasa sebagai orang Indonesia lebih dulu daripada muslim.
Direktur Urusan Publik LSI Burhanuddin Muhtadi menjelaskan, anak muda kota lebih mementingkan identitas keagamaan karena bagi mereka agama adalah pegangan penting di saat situasi ekonomi dan politik mengalami keguncangan.
Memiliki akses yang lebih baik ke pendidikan dan media justru membuat pemuda kota memiliki tingkat ketidakamanan (insecurity) yang lebih tinggi dari pemuda desa, kata Burhanuddin. Sebab mereka lebih terbiasa berkompetisi dan memiliki akses informasi yang lebih komplet atas situasi-situasi politik dan ekonomi untuk menganalisis masa depan.
Agama pun kemudian menjadi aset penting kehidupan sehari-hari dalam mengatasi keresahan.
Di samping itu, Burhanuddin juga menengarai hasil survei itu menampakkan kegagalan sistem pendidikan. Perilaku orang kota yang lebih merasa sebagai orang Islam, kata Burhanuddin, berkaitan dengan sistem pendidikan yang tidak mampu menguatkan sentimen kebangsaan.
Semakin lama seseorang menuntut ilmu, semakin terpapar ia pada pendidikan agama yang mendoktrin. Kurikulum sekolah tidak cukup kuat mengajarkan identitas kebangsaan.
Pendidikan agama yang mendoktrin itu juga menghasilkan pemikiran konservatif di antara anak-anak muda Indonesia. Mereka menolak seks sebelum menikah (96,2 persen), mengonsumsi alkohol (88,7 persen), atau menjauhi bahan psikotropika halus/mariyuana (99,2 persen).
Sekitar 90,1 persen anak muda juga mengaku tidak mau menikah dengan orang beda agama. Dari 9 persen yang menjawab bersedia menikah beda agama, 69 persennya menyatakan syarat bahwa si pasangan harus pindah ke agamanya.
Meski begitu, pemikiran konservatif ini tidak sebanding dengan aktivitas keagamaan mereka. Hanya 28,7 persen responden yang mengaku selalu salat lima waktu dan hanya 10,8 persen yang membaca atau memahami Quran.
Primadona aktivitas beragama mereka adalah puasa di bulan Ramadan. Sekitar 59,6 persen responden mengaku selalu melaksanakan puasa Ramadan. “Mungkin karena setahun sekali. Dan karena pengaruh TV di bulan Ramadan itu suasananya kayak di surga,” kata Burhan berkelakar.
Yang juga menarik, sekitar 85 persen anak muda tidak setuju dengan praktik poligami. Dan ada sekitar 41 persen yang menganggap pendidikan seks di sekolah bukan sebuah tabu.
Untuk isu jilbab, “hanya” 38 persen responden menganggap jilbab wajib buat perempuan. Sekitar 21 persen menyatakan, pemakaian jilbab tergantung pada pribadi masing-masing, apakah hendak memakainya atau tidak.
Lalu, selain sekolah atau kursus agama di bulan Ramadan, dari mana anak-anak muda Indonesia mendapatkan pendidikan agama mereka yang mendoktrin? Ternyata, menurut Burhan, televisi adalah penyumbang terbesar porsi sumber informasi keagamaan. Posisi kedua ditempati masjid, baru keluarga.
Yang mengkhawatirkan adalah bagaimana “serangan” pendidikan agama yang mendoktrin ini kemudian berpengaruh pada pluralisme dan toleransi terhadap agama lain. Sayangnya, pertanyaan-pertanyaan dari survei ini belum mencakup kedua isu tersebut. “Itu masukan yang bagus. Butuh survei lanjutan untuk mengetahui pengaruh pandangan ini terhadap toleransi dan pluralisme,” kata Burhan.
sumber: yahoonews
Home »
berita
»
Anak Muda Muslim Indonesia Mengutamakan Identitas Keislaman
Anak Muda Muslim Indonesia Mengutamakan Identitas Keislaman
Entri Populer
-
Foto Syur Mesum Syahrini dan Adiknya yang Seksi Hot bersama sejumlah pria beredar di internet. Walau masih dikatakan mirip, tapi dilihat dar...
-
Toket Besar Cewek Cantik Indonesia Cewek2 Cantik Kolam Renang yang seru dari mengkoleksi foto cewek indonesia khususnya yang sedang bugil y...
-
Foto Pemain Voli Jakarta Popsivo Polwan Maya Kurnia Indri Foto Cantik Maya Kurnia Indri . Tadi pas melihat Final Voli Pro Liga di TV, Saya m...
-
Jika sering melihat acara ‘ Ekspedisi Merah ’ yang ditayangkan di layar antv setiap selasa malam jam 22.00 WIB, pasti akan kenal dengan soso...
-
Jika dompet Anda tipis, jangan harap bisa menikmatinya. Pesta bugil ABG cantik di sebuah Night Club Jakarta ini ditujukan untuk mereka yang...
-
Foto Mesum Anita Hara Baru - baru ini Beredar Foto mirip Anita hara sedang berciuman, dengan sangat mesra. Foto Mesum Anita Hara ini ber...
-
Justin Bieber & Selena Gomez +selena+gomez+2011+dating Justin Bieber and Selena Gomez Justin Bieber was seen on a selena gomez bikini H...
-
Justin Bieber 2011 Best Justin Bieber World justin at ieber wallpaper justin bieber cebu Justin+ieber+2011+ justin bieber 2011 pictures half...
-
Ingin Beriklan Di Sini !! Masukan Pesan Anda dan Saya Akan Segera Merespon Anda.Terimakasih!! Name * Email * Subject * Message * Verific...
-
Description: Ptolemy world map ca. 150 AD. Claudius Ptolemaeus, known in English as Ptolemy, was a mathematician, geographer, astro...