Artikel Kesehatan | Artikel Kecantikan | Tips | Resep Hot| Bola | Teknologi dan Internet | Foto Hot

Home » » Game Taliban Yang Kontroversial di Inggris

Game Taliban Yang Kontroversial di Inggris


LONDON - Inggris menganggap jika video game yang memungkinkan gamer berperan sebagai tentara Taliban bukanlah produk yang menarik sehingga tidak laik jual.

Pemerintah Inggris, melalui Sekretaris Departemen Pertahanan mengaku muak dan marah dengan adanya game Medal of Honor yang diproduksi oleh Electronic Arts Inc. Bahkan mereka meminta dukungan retailer untuk tidak menjual produk tersebut.

"Di tangan Taliban, anak-anak kehilangan ayah, dan istri kehilangan suami. Sangat mengejutkan ketika seseorang berpikir bahwa produk seperti itu dapat diterima untuk menciptakan perilaku Taliban melawan tentara Inggris," ujar Liam Fox dalam keterangannya yang dikutip okezone melalui Straits Times, Senin (23/8/2010).

"Sulit untuk dipercaya jika nanti setiap warga negara kita akan akan membeli permainan yang tidak mendukung Inggris. Saya akan mendesak retailer untuk menunjukkan dukungan mereka bagi pasukan bersenjata kita dan larangan terhadap produk tidak berguna ini," tambah Fox.

Electronic Arts langsung menanggapi pernyataan Fox ini dengan mengatakan jika hal ini hanya merefleksikan kenyataan jika setiap konflik memilliki dua sisi, termasuk dalam segmen permainan seperti ini.

"Kami memberi kesempatan kepada gamer untuk bermain dari sisi kedua belah pihak. Sebagian besar dari kita telah melakukan ini sejak kita berusia tujuh tahun, dimana ada seseorang yang memainkan polisi dan ada juga yang berperan sebagai perampok," ujar juru bicara EA Inc Amanda Taggart.

"Dalam permainan Medal of Honor, seseorang harus menjadi Taliban. Tidak ada gamer yang akan terkejut atau dikejutkan oleh cara ini. Bermain dari perspektif 'musuh' bukanlah hal yang baru dalam dunia video game. Versi lain dari Medal of Honor ini juga pernah ditetapkan dalam era Perang Dunia II. Ketika gamer dapat memilih untuk menjadi anggota pasukan sekutu atau rezim Nazi," tambah Taggart.

Dalam judul Grand Theft Auto, dari Take-Two Interactive Software Inc, gamer memiliki pilihan untuk mengambil bagian dalam tindakan kontroversial dan beberapa kasus pidana, termasuk membunuh polisi. Musim gugur yang lalu, Call of Duty: Modern Warfare milik Activision Blizzard juga mengajak gamer untuk berperan dalam sebuah game kelompok teroris. (srn)

Baca Juga:

Entri Populer