Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mengusulkan, agar lokalisasi Gang Dolly Surabaya segera ditutup. Usulan itu pun mendapat respon positif dari masyarakat dan juga Ketua MUI Jatim KH Abdussomad Bukhori.
Menurutnya, Pemerintah Kota Surabaya harus mau bertindak tegas dengan meniru Jakarta yang berani menutup lokalisasi Kramat Tunggak, Jakarta Utara.
Selain itu, mengingat lebih dari 96 persen warga Surabaya adalah muslim, tentunya keberadaan Gang Dolly menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan dan sosial, juga merusak citra Islam.
"Sebenarnya, kita malu jika disindir Dolly sebagai lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara, terlebih mayoritas penduduknya muslim," ia menegaskan.
Walaupun sebenarnya, MUI Jatim sudah sejak lama mengusulkan dilakukan penutupan Dolly. Tapi, tidak digubris Pemkot Surabaya. Menurutnya, penutupan Dolly dan lokalisasi Jarak akan berdampak positif bagi pembangunan kota. Baik fisik dan non fisik.
Sebelumnya Wagub Jatim Saifullah Yusuf melontarkan pernyataan lebih baik Dolly di tutup. Itu untuk menghindari banyak hal yang tidak diinginkan. Yang perlu dihindari yakni risiko penularan HIV/AIDS yang cukup tinggi.
"Saya mendukung jika Pemkot Surabaya mau menutup lokalisasi Dolly," kata Gus Ipul.
Pihaknya minta kepada otoritas Pemkot Surabaya-Pemprov Jatim bersinergi dan berkoordinasi membuat program pembinaan PSK, seperti pemberian keterampilan dan modal usaha, untuk mengalihkan profesinya dari PSK.
Data yang dihimpun VIVAnews, di Puskesmas Putat Jaya secara rutin tercatat wanita PSK lokalisasi Gang Dolly, dari sebanyak 1.287, sekitar 80 persen tercatat mengidap infeksi penyakit seks menular.
Tahun 2006 tercatat sebanyak 65 pengidap virus. Sementara tahun 2007 ada 95 pengidap, tahun 2008 ada 72 pengidap, dan tahun 2009 ada 46 pengidap.